Everton: The Toffees Berjuang di Bawah Farhad Moshiri

Everton Football Club, yang dikenal dengan julukan “The Toffees,” adalah salah satu klub sepak bola tertua dan paling dihormati di Inggris. Didirikan pada tahun 1878, klub asal Merseyside ini memiliki sejarah panjang yang dipenuhi dengan prestasi dan kejayaan, termasuk sembilan gelar Liga Inggris, lima trofi FA Cup, dan satu Piala Winners Eropa. Meski sering berada di bayang-bayang rival sekota mereka, Liverpool, Everton selalu menjadi kekuatan yang dihormati di Liga Inggris. Namun, dalam dekade terakhir, klub ini mengalami berbagai tantangan, baik di dalam maupun di luar lapangan, hingga pada 2016, sosok baru muncul di pucuk pimpinan: Farhad Moshiri, seorang pengusaha asal Iran yang membawa ambisi besar untuk mengembalikan kejayaan Everton.

Farhad Moshiri, mantan pemegang saham di Arsenal, membeli 49,9% saham Everton pada 2016 dengan visi besar untuk membawa The Toffees kembali bersaing di papan atas Premier League. Kedatangan Moshiri disambut dengan harapan tinggi oleh para penggemar yang sudah lama menantikan investasi signifikan untuk memperkuat tim. Sejak awal, Moshiri berjanji untuk mengembalikan Everton ke kompetisi Eropa secara reguler dan bahkan menantang tim-tim elit Premier League, seperti Manchester City, Manchester United, dan Chelsea.

Dengan dukungan finansial yang lebih kuat di bawah kepemilikan Moshiri, Everton mulai berinvestasi besar-besaran di pasar transfer. Nama-nama seperti Gylfi Sigurðsson, Richarlison, dan Lucas Digne direkrut dengan biaya besar, menandai ambisi baru klub untuk membangun tim yang mampu bersaing di level tertinggi. Namun, meski investasi besar sudah dilakukan, hasil di lapangan belum sesuai dengan ekspektasi. Meskipun beberapa musim awal menunjukkan peningkatan performa, Everton tidak pernah benar-benar berhasil menembus papan atas atau meraih trofi besar yang diidamkan.

Salah satu tantangan utama yang dihadapi Moshiri adalah mencari manajer yang tepat untuk mengarahkan tim. Dalam beberapa tahun pertama kepemilikannya, Everton sering kali mengalami pergantian pelatih, dari Ronald Koeman hingga Marco Silva, yang kesemuanya gagal membawa stabilitas jangka panjang. Pada 2019, Moshiri menunjuk Carlo Ancelotti, salah satu manajer paling sukses dalam sejarah sepak bola, dengan harapan besar bahwa Situs slot gacor resmi terpercaya pengalamannya bisa membawa Everton kembali bersaing di puncak. Di bawah Ancelotti, Everton menunjukkan peningkatan, termasuk performa yang stabil di Premier League dan beberapa kemenangan penting atas tim-tim besar.

Namun, meski Ancelotti berhasil meningkatkan performa tim, ia secara mengejutkan meninggalkan klub pada 2021 untuk kembali ke Real Madrid. Kepergian Ancelotti merupakan pukulan besar bagi ambisi Moshiri, yang kembali harus mencari pengganti yang bisa mengarahkan klub menuju kesuksesan. Rafael Benítez, mantan pelatih Liverpool, kemudian diangkat sebagai manajer baru, sebuah keputusan kontroversial yang memicu reaksi beragam di antara para penggemar. Meskipun Benítez memiliki rekam jejak sebagai manajer sukses, hubungan emosionalnya dengan Liverpool membuat banyak pendukung Everton meragukan loyalitasnya.

Di luar lapangan, Moshiri juga menghadapi tantangan besar terkait pembangunan stadion baru. Salah satu ambisi utama Moshiri sejak mengambil alih klub adalah membangun stadion yang lebih modern dan berkapasitas besar, yang diharapkan bisa meningkatkan pendapatan klub dan menarik sponsor-sponsor besar. Proyek stadion baru di Bramley-Moore Dock di tepi sungai Mersey menjadi simbol dari era baru yang diinginkan Moshiri untuk Everton. Dengan kapasitas lebih dari 52.000 penonton, stadion ini diharapkan menjadi sumber pendapatan baru yang akan membantu Everton bersaing dengan klub-klub besar Premier League yang memiliki sumber daya lebih besar.

Namun, meski Moshiri telah menginvestasikan dana yang signifikan, termasuk dalam proyek stadion baru, banyak penggemar yang merasa bahwa klub masih jauh dari ambisi yang dijanjikan. Everton terus berjuang untuk menemukan konsistensi di lapangan, dan meskipun mereka memiliki beberapa pemain berbakat, hasil yang diharapkan masih belum tercapai. Selain itu, meski proyek stadion baru berjalan, tantangan finansial akibat pandemi COVID-19 dan pengelolaan transfer yang kurang efektif menyebabkan klub mengalami tekanan besar, baik dari sisi performa di lapangan maupun stabilitas finansial.

Farhad Moshiri, meski ambisinya besar, masih menghadapi perjalanan panjang untuk membawa Everton kembali ke puncak sepak bola Inggris. Klub ini masih mencari keseimbangan antara investasi besar dan hasil yang memuaskan, serta terus berjuang di tengah kompetisi yang semakin ketat di Premier League. Meski demikian, tekad Moshiri untuk membangun Everton menjadi klub yang lebih besar tidak bisa disangkal. Dengan pembangunan stadion baru yang diharapkan selesai dalam beberapa tahun mendatang dan strategi transfer yang lebih bijak, harapan tetap ada bagi Everton untuk kembali bersaing di puncak Premier League dan kancah Eropa.

Dalam retrospeksi, masa kepemimpinan Moshiri di Everton akan selalu dikenang sebagai era ambisi besar dan tantangan yang signifikan. Para penggemar The Toffees terus menunggu dan berharap bahwa investasi besar yang telah dilakukan akan membawa hasil yang diinginkan—yakni trofi besar dan tempat di kompetisi Eropa secara konsisten. Dengan stadion baru yang akan segera berdiri, Everton memiliki kesempatan untuk membangun fondasi yang lebih kuat untuk masa depan, tetapi jalan menuju kesuksesan masih panjang dan penuh tantangan.